Sejarah Wagner Group
Wagner Group, yang dalam bahasa Rusia adalah Gruppa Vagnera, secara resmi dikenal sebagai Wagner PMC [Private Military Company/Perusahaan Militer Swasta].
Ia adalah organisasi paramiliter yang didanai negara Rusia. Sebagai tentara swasta secara
, kelompok ini sejatinya beroperasi di luar hukum di Rusia karena undang-undang Rusia melarang adanya perusahaan militer swasta.
Wagner Group terindikasi digunakan sebagai wakil oleh pemerintah Rusia, memungkinkan negara Rusia untuk memiliki penyangkalan masuk akal untuk operasi militer di luar negeri, dan memungkinkan untuk menyembunyikan korban sebenarnya dari intervensi asing Rusia.
Kelompok ini menggunakan infrastruktur Angkatan Bersenjata Rusia dan awalnya secara rahasia didanai oleh negara, meski Presiden Vladimir Putin—usai pemberontakan Wagner—blakblakan bahwa negara mendanai kelompok tersebut setidaknya hingga tahun 2023.
Tentara bayaran ini didirikan pada tahun 2014 oleh mantan pejabat GRU [badan intelijen Rusia] Dmitry Utkin dan pengusaha katering Yevgeny Prigozhin.
Kelompok ini menjadi terkenal selama Perang Donbas di Ukraina, di mana mereka membantu pasukan separatis pro-Rusia dari 2014 hingga 2015.
Di luar konflik Ukraina, kelompok ini dilaporkan mengambil bagian dalam konflik di seluruh dunia, termasuk perang saudara di Suriah, Libya, Republik Afrika Tengah dan Mali.
Sosok Yevgeny Prigozhin dikenal sebagai pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner yang sempat menjadi perhatian publik karena upaya pemberontakannya untuk menggulingkan kepemimpinan militer Rusia.
Pria kelahiran 1961 ini sudah berusia 62 tahun dan dikenal dengan tampilan mencolok yaitu kepala gundulnya. Ia diketahui pernah merekrut ribuan tahanan untuk melakukan pertempuran bersama grup Wagner.
Ia pernah dipenjara dan menjalani hukuman yang lama pada 1980 an dan setelah terbebas dari penjara ia mulai menjual hotdog di kampung halamannya St. Petersburg. Usahanya tersebut semakin berkembang.
Prigozhin sebelumnya mempunyai julukan populer yaitu "Koki Putin" yang diketahui mempunyai hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia kemudian mempunyai sebuah restoran yang terkenal karena makanannya yang enak.
Tempatnya sering menjadi jamuan para pejabat elit termasuk Presiden Putin dan membuat tempatnya semakin mewah. Bahkan ia juga mendirikan perusahaan kateringnya Concord pada 1990an dan mendapatkan kontrak pemerintah eksklusif untuk makan malam kenegaraan.
Namun, saat ini, media Rusia banyak yang memberitakan jika Presiden Vladimir Putin mengecap Prigozhin sebagai pengkhianat. Hal tersebut karena tindakannya yang memimpin pemberontakan melawan militer Rusia di bulan Juni lalu.
Kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Group, belakangan menjadi sorotan setelah menyatakan tak lagi merekrut prajurit dari penjara.
Para kombatan bayaran Wagner Group kerap berada di garis depan pertempuran Ukraina bertaruh nyawa mereka. Bahkan, salah satu personel bisa dibunuh anggota sendiri jika kabur dari pertempuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan itu sebelumnya dikenal memiliki serdadu dari kumpulan narapidana. Namun kini, mereka tak lagi merekrut para tahanan tersebut setelah mengalami kerugian besar di Ukraina selatan, menurut dua sumber dekat Wagner kepada Middle East Eye.
"Kami telah sepenuhnya menyetop perekrutan narapidana ke PMC Wagner. Mereka yang bekerja untuk kami sekarang memenuhi semua kewajibannya," kata Prigozhin seperti dikutip CNN, Kamis (9/2).
Prigozhin tak menjelaskan alasan dia menyetop perekrutan napi sebagai prajuritnya. Namun sejumlah pihak menilai langkah ini merupakan perubahan strategi perang Wagner.
Terlepas dari ini, berapa sebetulnya gaji tentara Wagner?
Sebelum ada perang, tentara Wagner biasa dibayar sekitar US$3 ribu (setara Rp45 juta) sampai US$5 ribu (setara Rp75 juta) sebulan.
Namun, setelah perang pecah di Ukraina, gaji itu itu meningkat menjadi US$10 ribu (setara Rp151 juta), menurut sumber Middle East Eye.
Dengan gaji yang menggiurkan ini, Wagner berusaha menawarkan upah tersebut kepada para pejuang asing dari Turki, Serbia, Ceko, Polandia, Hongaria, Jerman, Kanada, Moldova, dan Amerika Latin.
Para prajurit asing ini bahkan disebut ditawarkan upah yang lebih tinggi dari gaji biasanya.
Saat ini, Wagner diyakini telah menghubungi kelompok kriminal lokal di Amerika Latin dan negara-negara Eropa seperti Ceko, Moldova, dan Hongaria untuk direkrut. Wagner disebut ingin memiliki pasukan yang haus darah dan tak segan membunuh demi uang.
"Mereka biasanya akan merekrut orang-orang dengan pengalaman militer yang solid, namun invasi telah mengubah Wagner," kata sumber anonim.
"Sekarang mereka mencoba menjangkau individu-individu yang tidak akan ragu untuk membunuh orang dan membutuhkan uang tunai," ucapnya.
Menurut sumber, informasi perekrutan ini sendiri sudah mulai disebarkan lewat oligarki Rusia yang tinggal di Eropa dan perantara-perantara mereka yang memiliki hubungan dengan kelompok kriminal setempat.
Para perantara digambarkan sebagai "orang-orang yang akrab dengan formasi pro-Rusia lokal, mantan tentara, dan organisasi kriminal".
Inggris Nyatakan Kelompok Tentara Bayaran Wagner sebagai Organisasi Teroris
Rabu, 6 September 2023 - 09:04 WIB
London – Inggris akan menjadikan kelompok tentara bayaran Rusia, Grup Wagner, sebagai organisasi terlarang dan memberikan cap sebagai teroris.
Menteri Dalam Negeri Inggris, Suella Braverman mengatakan pada Selasa, 5 September 2023, bahwa Inggris berencana menjadikan Grup Wagner sebagai organisasi terlarang berdasarkan undang-undang anti-teror. Sehingga Inggris akan menempatkan Grup Wagner setara dengan ISIS dan Al-Qaeda.
“Wagner adalah organisasi yang penuh kekerasan dan destruktif yang telah bertindak sebagai alat militer Rusia di bawah pimpinan Vladimir Putin di luar negeri,” menurut pernyataan Braverman, dikutip dari Arab News, Rabu, 6 September 2023.
Menggulingkan para pemimpin militer Rusia
Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan bahwa ada "hukuman yang tak terhindarkan" bagi mereka yang memecah belah masyarakat Rusia. Dia mengatakan beberapa orang Rusia telah "ditipu untuk melakukan petualangan kriminal".
Tanpa secara khusus menyebut bos kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, yang bersumpah menggulingkan para pemimpin militer Rusia, Putin mengatakan "ambisi" tinggi dari beberapa orang telah menyebabkan "pengkhianatan tingkat tinggi".
Putin menegaskan masa depan Rusia dipertaruhkan seraya menyebut tindakan para pemberontak sebagai "tikaman dari belakang".
Dan dia mengatakan bahwa kebijakan kontra-terorisme telah diterapkan di ibu kota Moskow dan beberapa wilayah lainnya.
Yevgeny Prigozhin selaku kepala kelompok tentara bayaran Wagner, telah bersumpah "melakukan semua cara" untuk menggulingkan para pemimpin militer Rusia, beberapa jam setelah Kremlin menuduhnya melakukan "pemberontakan bersenjata".
Yevgeny Prigozhin mengatakan para anggota Wagner pimpinannya telah melintasi perbatasan dari Ukraina ke Rusia, memasuki Kota Rostov-on-Don.
Prigozhin mengatakan anak buahnya akan menghancurkan siapa saja yang menghalangi jalan mereka.
Gubernur setempat mengimbau warga di sana untuk tetap tenang dan tetap berada di dalam rumah.
Prigozhin mengklaim bahwa pasukannya telah menembak jatuh sebuah helikopter militer Rusia yang "menembaki konvoi sipil". Dia tidak memberikan lokasi dan pernyataan tersebut tidak dapat segera diverifikasi.
Kelompok Wagner adalah tentara bayaran swasta yang telah berperang bersama tentara reguler Rusia di Ukraina.
Ketegangan meningkat di antara mereka tentang cara perang itu dilangsungkan. Prigozhin secara blak-blakan mengritik para pemimpin militer Rusia dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Jumat (23/06), pemimpin tentara bayaran berusia 62 tahun itu menuduh militer melancarkan serangan rudal mematikan terhadap pasukannya dan bersumpah akan menghukum mereka. Dia tidak memberikan bukti atas tuduhannya itu.
Pihak berwenang membantah terjadinya serangan tersebut dan menuntut Prigozhin menghentikan "tindakan ilegal" -nya.
Prigozhin mengatakan "kejahatan" para pemimpin militer Rusia harus dihentikan dan bersumpah akan "berkonvoi demi keadilan".
"Mereka yang membunuh pemuda kami, dan puluhan ribu nyawa tentara Rusia [dalam perang di Ukraina] akan dihukum," katanya dalam pesan audio yang diunggah ke platform media sosial Telegram.
"Saya meminta Anda untuk tidak melawan. Siapa pun yang melakukannya akan dianggap sebagai ancaman dan dihancurkan. Itu berlaku untuk setiap pos pemeriksaan dan pesawat dalam perjalanan kami.
"Kekuasaan kepresidenan, pemerintah, polisi, dan penjaga Rusia akan bekerja seperti biasa.
"Ini bukan kudeta militer, tapi konvoi keadilan. Tindakan kami tidak mengganggu pasukan dengan cara apa pun."
Presiden Rusia Vladimir Putin menerima kabar terbaru sepanjang waktu tentang situasi tersebut, kata juru bicaranya.
Keamanan di Moskow ditingkatkan pada Jumat malam di lokasi-lokasi utama di Moskow, termasuk gedung-gedung pemerintah dan fasilitas transportasi, demikian dilaporkan kantor berita Rusia TASS.
Gubernur wilayah Lipetsk di Rusia juga meminta warga untuk tidak melakukan perjalanan ke selatan.
Lipetsk berada sekitar 280 km sebelah timur laut dari perbatasan Ukraina, dan lebih dari 500 km di utara Rostov.
Dalam tulisannya di Telegram, Igor Artamonov menyebut langkah-langkah keamanan di kawasan itu diperketat, dengan fokus khusus pada sejumlah fasilitas infrastruktur penting.
Melalui cuitan pada Jumat malam, Kementerian Pertahanan Ukraina hanya mengatakan: "Kami sedang menonton."
Gedung Putih mengatakan sedang memantau situasi dan akan berkonsultasi dengan sekutu AS.
Jenderal Sergei Surovikin, wakil kepala pasukan Rusia di Ukraina, yang kepemimpinannya dipuji Prigozhin di masa lalu, memintanya untuk "menghentikan konvoi dan mengembalikan mereka ke pangkalan mereka".
"Kami satu darah, kami adalah pejuang," katanya dalam sebuah video. "Anda tidak boleh menguntungkan musuh pada saat yang sulit bagi negara kita."
Komandan senior lainnya, Letnan Jenderal Vladimir Alekseyev, menggambarkan tindakan kepala tentara bayaran Wagner itu sebagai "tikaman terhadap negara dan presiden".
Media pemerintah Rusia melaporkan bahwa FSB, dinas keamanan Rusia, telah menempuh gugatan pidana terhadap Prigozhin, menuduhnya "menyerukan pemberontakan bersenjata" dan mencoba memulai konflik sipil bersenjata di Rusia.
FSB juga dilaporkan meminta tentara Wagner untuk tidak mematuhi perintah Prigozhin dan mengambil langkah untuk menangkapnya.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa "semua laporan Prigozhin yang tersebar di media sosial" tentang serangan Rusia terhadap kamp-kamp Wagner "tidak benar dan merupakan provokasi informasi".
Laporan Prigozhin yang dimaksud adalah pesan video pada Mei lalu. Kala itu, Prigozhin berdiri di antara jasad-jasad anak buahnya sembari marah-marah terhadap Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu - serta Kepala Staf Umum Valery Gerasimov - karena tidak memberi mereka amunisi yang cukup.
Pada hari Jumat, dia menyatakan bahwa perang di Ukraina telah dimulai "agar Shoigu bisa menjadi Marsekal".
"Kementerian Pertahanan berusaha menipu publik, menipu presiden, dan menceritakan sebuah kisah bahwa ada agresi gila oleh Ukraina, bahwa - bersama dengan seluruh blok NATO - Ukraina berencana menyerang kami," katanya.
Ketika pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin tewas dalam kecelakaan pesawat pada bulan Agustus 2023, banyak analis mengatakan kematiannya dapat menandai berakhirnya Wagner Group, perusahaan militer swasta yang didirikannya bersama rekan-rekannya. Perusahaan ini menyediakan ribuan tentara bayaran Rusia untuk kepentingan Moskow dan kepentingan lain di luar negeri.
Namun lebih dari setahun kemudian, gambaran aktivitas tentara bayaran Rusia menjadi semakin rumit, kata para peneliti.
Sebelum kematian Prigozhin, tentara bayaran Wagner telah bertempur dalam konflik di seluruh dunia –– dari Ukraina hingga Timur Tengah dan Afrika –– dan membantu Rusia menyebarkan pengaruhnya di luar negeri.
Wagner telah menghadapi tuduhan membunuh warga sipil Afrika dan melakukan kejahatan perang.
Pada bulan Juni 2023, Prigozhin melancarkan pemberontakan tak terduga terhadap otoritas Rusia terkait perang di Ukraina. Para tentara bayarannya merebut kota Rostov-on-Don dan bergerak maju menuju Moskow. Prigozhin mengundurkan diri hanya setelah presiden Belarus, Alexander Lukashenko, memediasi sebuah kesepakatan.
Setelah pembangkangan yang begitu berani, banyak yang tidak terkejut ketika Prigozhin meninggal dalam kecelakaan pesawat kurang dari dua bulan kemudian. Namun prediksi bahwa aktivitas Wagner Group akan berakhir dengan kematiannya terbukti tidak benar.
Para pejuang kelompok Wagner masih aktif di Republik Afrika Tengah dan Mali. Di negara-negara lain seperti Niger, kelompok ini telah digantikan oleh Africa Corps, organisasi penerus yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Rusia. Dalam kasus lain, berbagai struktur militer Rusia telah menggunakan nama dan simbol Wagner.
Bagi para analis jelas bahwa tentara bayaran Rusia tidak akan hilang begitu saja. Sebaliknya, masa depan perusahaan militer swasta Rusia akan "lebih berkelanjutan dan tidak terlalu spektakuler" menurut Jack Margolin, seorang peneliti independen yang baru-baru ini menerbitkan buku tentang Wagner Group.
Sejak kematian Prigozhin, Rusia telah "secara efektif menciptakan infrastruktur dan struktur insentif untuk menarik mantan anggota [Wagner] dan membangun sistem pasukan semiformal ini," katanya kepada VOA.
Hubungan dengan negara Rusia
Aktivitas kelompok Wagner di seluruh dunia selalu terkait dengan kebijakan luar negeri Rusia. Namun kejelasan tugas dalam keterkaitan itu, masih menjadi bahan perdebatan di antara para ahli.
Margolin mencatat bahwa salah satu pendiri Wagner, Dmitry Utkin –– yang juga tewas dalam kecelakaan pesawat pada Agustus 2023 –– bertugas di pasukan khusus badan intelijen asing Rusia, yang biasa disebut GRU. Sekitar tahun 2014, ia dan Prigozhin mendirikan kelompok Wagner, yang awalnya merupakan kelompok kecil.
Pada tahun yang sama, Wagner ikut serta dalam aneksasi ilegal Rusia atas semenanjung Krimea di Ukraina. Kemudian, para tentara bayaran itu dikirim ke kawasan dicaplok Rusia di wilayah Luhansk, Ukraina timur.
Selama periode ini, ada banyak bukti bahwa Wagner secara aktif bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia –– sebagian karena Ukraina menyadap percakapan Wagner dengan para perwira Rusia.
Namun ketika operasi Wagner bergerak melampaui Ukraina, gambarannya menjadi lebih rumit. Para ahli berbeda pendapat tentang aktivitas kelompok ini.
Maria Kucherenko memimpin studi Rusia di Pusat Inisiatif Come Back Alive yang berpusat di Ukraina. Ia yakin bahwa Wagner diciptakan oleh intelijen militer Rusia dan tetap berada di bawah kendalinya.
Karena alasan ini, ia memandang perubahan pasca-Prigozhin dalam korps tentara bayaran tidak signifikan.
"Hanya nama belakang jenderal GRU yang bertanggung jawab yang berubah," katanya.
Analis lain melukiskan gambaran yang lebih kompleks tentang hubungan Wagner dengan negara Rusia. Margolin melihat tingkat kebebasan yang lebih besar dalam aktivitas Wagner di masa lalu.
"Mereka bertindak untuk kepentingan GRU. Mereka berkoordinasi dengan GRU. Semua operasi Wagner di luar negeri didukung oleh logistik yang dimiliki oleh Kementerian Pertahanan," katanya. "Tetapi mereka masih dapat menentukan apa yang ingin mereka lakukan."
John Lechner, seorang peneliti yang akan menerbitkan buku tentang Wagner pada bulan Maret, meyakini hubungan korps tentara bayaran dengan negara Rusia sangat bergantung pada negara tempat mereka beroperasi.
Di Ukraina dan Suriah, tempat para tentara bayaran mendukung pemerintahan Bashar al-Assad, Wagner secara aktif bekerja sama dengan kementerian pertahanan Rusia. Namun di Afrika sub-Sahara, tempat negara Rusia memiliki kehadiran yang sangat terbatas, Wagner mampu memutuskan apa kepentingan nasional Rusia, kata Lecher dalam sebuah wawancara.
Wagner bukan "sekedar sayap gelap Kremlin yang mengejar kepentingan Kremlin; merekalah [Kremlin] yang menciptakannya," katanya.
Sejak kematian Prighzoin, Wagner telah mengalami perubahan signifikan –– meskipun para analis tidak sepakat tentang seberapa mendasar perubahan tersebut.
Jurnalis Rusia Ilya Barabanov, yang ikutg menulis sejarah Wagner dalam bahasa Rusia, yakin bahwa perusahaan militer swasta lama tersebut pada dasarnya sudah tidak ada lagi.
"Selama satu setengah tahun terakhir, kita telah melihat kerajaan Prigozhin terpecah belah," katanya kepada VOA. "Beberapa [bagian] diberikan kepada Kementerian Pertahanan. Beberapa diberikan kepada Garda Nasional Rusia. Beberapa diberikan kepada pasukan khusus Akhmat di Chechnya."
Sementara itu, Wagner yang asli terus beroperasi hanya di Republik Afrika Tengah, Mali, dan Belarus.
Meskipun ada perubahan ini, pembubaran Wagner berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan karena Kremlin terlalu sibuk berperang di Ukraina, tambah Barabanov.
Margolin menekankan bahwa struktur tentara bayaran penerus Rusia tidak akan berfungsi dengan cara yang sama seperti Wagner.
Wagner Group menonjol karena keberanian mereka menghadapi risiko dan relatif independen dari pemerintah Rusia. Di Republik Afrika Tengah, Wagner-lah yang memutuskan untuk beralih dari strategi mempertahankan ibu kota Bangui dan elite politik negara itu ke pertempuran yang lebih agresif dengan pemberontak, katanya. Wagner juga memutuskan dengan siapa ia akan berbisnis.
Sebaliknya, Africa Corps dan perusahaan penerus lainnya lebih menghindari lebih banyak risiko dan lebih aktif mengoordinasikan kegiatan mereka dengan intelijen militer Rusia, kata Margolin.
Lechner mencatat bahwa upaya untuk menggantikan Wagner lebih berhasil di beberapa tempat.
Sejak tahun 2019, tentara bayaran Wagner bertempur di Libya mewakili jenderal pemberontak Khalifa Haftar. Namun pada Oktober 2020, ia menandatangani gencatan senjata dengan pemerintah Libya yang didukung PBB. Karena pertempuran aktif telah berhenti, Rusia tidak mengalami banyak kesulitan untuk menggantikan Wagner di sana dengan Africa Corps, kata Lechner.
Di Mali, tentara bayaran Wagner terlibat dalam pertempuran sengit dengan separatis Tuareg dan pejuang Islam di wilayah utara negara itu. Pada akhir Juli, puluhan pejuang Rusia tewas dalam penyergapan di dekat kota Tinzaouaten.
Lechner menyatakan di masa depan akan ada beberapa "Prigozhin mini" yang bertanggung jawab atas perusahaan militer Rusia, tetapi tidak satu pun yang punya "pengaruh politik dan kepentingan bisnis yang telah diwakili oleh Prigozhin."
Baik Margolin maupun Lechner setuju bahwa, meskipun Wagner tidak lagi secara resmi bertempur di Ukraina, pengaruhnya dalam konflik itu cukup signifikan.
Wartawan sering menggarisbawahi apa yang Wagner sebut sebagai "badai daging", ketika perusahaan itu bersedia mengorbankan banyak orang untuk melemahkan pasukan Ukraina. Taktik itu terutama terlihat selama pertempuran sepanjang tahun 2022-2023 untuk merebut kota Bakhmut di Ukraina, yang akhirnya dihancurkan dan direbut Rusia.
Namun Wagner juga memperoleh pengalaman militer di Timur Tengah dan Afrika yang kini diterapkan oleh militer resmi Rusia di Ukraina: misalnya, mendelegasikan wewenang komando ke eselon yang lebih rendah dan taktik unit kecil, kata Margolin.
"Wagner telah mencapai apa yang menurut Prigozhin diperlukan selama pengepungan Bakhmut, yaitu angkatan bersenjata Rusia perlu menjadi lebih seperti Wagner agar lebih efektif," katanya kepada VOA.
Lechner menyebutnya sebagai "Wagnerisasi militer Rusia."
Melawan tentara bayaran Rusia di luar negeri
Terlepas dari struktur apa yang menggantikan Wagner, aktivitas tentara bayaran Rusia diperkirakan akan terus mengkhawatirkan pemerintah Barat. Para ahli mengatakan akan sulit untuk melawan pengaruh mereka di luar negeri.
Menurut peneliti Ukraina Kucherenko, Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Ukraina, dan mitra lainnya harus bergabung untuk melawan tentara bayaran Rusia. Namun, ia menyarankan agar mereka melihat struktur komando yang lebih tinggi. "Kita perlu mengevaluasi mereka sebagai perwakilan GRU itu sendiri," katanya.
Ia menyarankan untuk mengarahkan perhatian khusus kepada Yunus-bek Yevkurov, wakil menteri pertahanan Rusia, dan Mayor Jenderal Andrei Averyanov, mantan komandan unit intelijen militer rahasia yang dilaporkan telah melakukan pembunuhan di luar negeri. Kedua pria itu sekarang dikenal memainkan peran penting di Africa Corps.
Margolin menyarankan bahwa, selain upaya-upaya lainnya, Amerika Serikat harus fokus pada kontrol ekspor untuk membatasi akses tentara bayaran ke teknologi militer, khususnya teknologi pesawat nirawak, yang memainkan peran penting dalam aktivitas Wagner di Ukraina.
Ia juga menyarankan agar pemerintah Barat lebih berhati-hati dalam mendukung rezim Afrika yang mempunyai jejak rekam hak asasi manusia yang buruk dan korupsi yang mengakar, meskipun ada kekhawatiran bahwa Rusia akan segera campur tangan jika mereka tidak.
Justru melibatkan diri dengan pemerintah semacam itu memicu kemarahan rakyat Afrika terhadap Barat, yang pada gilirannya menyediakan "lahan subur bagi organisasi seperti Wagner untuk berakar," kata Margolin.
Lechner mencatat bahwa Wagner memperluas kehadirannya di Afrika saat kekuatan Barat keluar dari benua itu.
Sebagai contoh, Prancis menarik pasukannya dari Republik Afrika Tengah pada tahun 2016 di tengah perang saudara di negara itu. Wagner turun tangan untuk memberikan keamanan bagi para pemimpin negara itu.
"Sejujurnya, saya kira Amerika Serikat tidak tertarik untuk menempatkan pasukan di Afrika," kata Lechner. Selain itu, katanya, "Saya tidak yakin apa yang bisa ditawarkan [negara-negara Barat]."
Tentara bayaran Rusia hanya memiliki sedikit pesaing serupa di kawasan tersebut. Meskipun China aktif di Afrika, aktivitasnya sebagian besar difokuskan pada investasi ekonomi yang besar. Bahkan aktivitas bisnis Wagner secara garis besar tidak membuatnya berkonflik dengan China.
Jurnalis Rusia Barabanov menyatakan ada satu faktor lagi yang akan memainkan peran kunci dalam menentukan masa depan tentara bayaran Rusia: perang Rusia melawan Ukraina.
Jika konflik itu berakhir, maka "pemerintah Rusia akan memiliki sumber daya manusia yang sangat besar, yaitu para veteran yang bertempur dalam perang ini," katanya, "dan mereka mungkin dapat digunakan dalam konflik lain yang jauh." [es/dw]
Sekitar 3.000 mantan tentara bayaran Wagner Rusia akan gabung Pasukan Khusus Akhmat dari Chechnya. Foto/REUTERS
- Unit pasukan khusus Akhmat dari Chechnya akan menyerap 3.000 mantan tentara bayaran
Rusia. Demikian diumumkan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov.
Seorang komandan terkenal Wagner dengan tanda panggilan Ratibor juga akan bergabung dengan unit elite Chechnya.
Setelah upaya pemberontakan yang gagal oleh ketua Wagner, Yevgeny Prigozhin—yang kini sudah meninggal—pada bulan Juni 2023, pihak berwenang Rusia memberikan pilihan kepada anggota kelompok tersebut untuk menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan atau pindah ke Belarusia.
-an di saluran Telegramnya, Kadyrov menulis bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah mengalokasikan jumlah lowongan yang diperlukan untuk mengakomodasi pendatang baru di unit Akhmat.
Dia menambahkan bahwa pengaturan dan formalitas lainnya akan diselesaikan dalam waktu dekat, dan mantan tentara bayaran Wagner akan segera mengambil tindakan.
Pemimpin Chechnya tersebut memuji para mantan tentara Wagner sebagai “pejuang yang sangat efektif” dan berpengalaman, yang telah membuktikan keberanian mereka di Ukraina.
Dia menggambarkan penggabungan pasukan tersebut ke dalam unit Akhmat sebagai langkah penting yang strategis menuju peningkatan kemampuan pertahanan negara.
“Kita dipersatukan oleh satu tujuan—untuk membela tanah air dan kepentingannya. Saya yakin bahwa keputusan ini akan segera berdampak besar pada kemajuan operasi militer khusus,” kata Kadyrov, seperti dikutip dari
Pada bulan Februari, komandan Akhmat; Apty Alaudinov, mengatakan kepada media Rusia bahwa ada tiga unit terpisah yang terdiri dari mantan tentara Wagner PMC di detasemennya.
Akhmat adalah bagian dari Garda Nasional Rusia, yang merupakan kekuatan militer internal yang melapor langsung kepada presiden dan ketua Dewan Keamanan Nasional.
Wagner Group memainkan peran kunci dalam merebut kota Artyomovsk atau Bakhmut dari pasukan Ukraina di Donbas pada Mei lalu.
Bos tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin saat memimpin pemberontakan bersenjata di Rusia, 24 Juni 2023. Foto/REUTERS/Alexander Ermochenko
telah menjadi sorotan duniasetelah melakukan kudeta militer di
yang tiba-tiba dibatalkan di tengah jalan. Ini adalah tentara bayaran yang aksinya atas nama Moskow memukau dalam perang di Ukraina.
Bos Wagner Group Yevgeny Prigozhin menyangkal aksinya pada Sabtu pekan lalu sebagai kudeta militer untuk menggulingkan pemerintah Presiden Vladimir Putin. Menurutnya, konvoi bersenjata itu hanya demo protes biasa untuk menuntut pemecatan para petinggi militer Rusia, termasuk Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Panglima Militer Jenderal Valery Gerasimov.
VIVA Militer: Tentara bayaran PMC Wagner Group Rusia
“Sementara rezim Putin memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap monster yang diciptakannya, aktivitas destabilisasi Wagner yang terus berlanjut hanya akan terus mendukung tujuan politik Kremlin.”
Berdasarkan Undang-Undang Terorisme tahun 2000, Menteri Dalam Negeri mempunyai wewenang untuk melarang suatu organisasi jika mereka yakin organisasi tersebut terlibat dalam terorisme.
Perintah pelarangan itu akan menjadikan kelompok tersebut sebagai tindak pidana.
“Mereka adalah teroris, jelas dan sederhana, dan perintah pelarangan ini memperjelas hal itu dalam hukum Inggris,” ujarnya.
“Wagner terlibat dalam penjarahan, penyiksaan dan pembunuhan keji."
Dia juga menambahkan, operasi kelompok itu di Ukraina, Timur Tengah dan Afrika merupakan ancaman terhadap keamanan global.
“Itulah sebabnya kami melarang organisasi teroris ini dan terus membantu Ukraina sebisa mungkin dalam perjuangannya melawan Rusia.”
Rancangan langkah-langkah untuk melarang Grup Wagner berdasarkan undang-undang tersebut akan diajukan ke Parlemen pada hari ini, 6 September 2023.
Sebelumnya, pada bulan Juli, Inggris mengumumkan sanksi terhadap 13 individu dan perusahaan yang dikatakan memiliki hubungan dengan kelompok Rusia di Afrika, dan menuduh mereka melakukan kejahatan di sana termasuk pembunuhan dan penyiksaan.
“Mereka adalah teroris, jelas dan sederhana, dan perintah pelarangan ini memperjelas hal itu dalam hukum Inggris,” ujarnya.
Mokow/Kiev (ANTARA) - Rusia menuduh bos tentara bayaran Yevgeny Prigozhin melancarkan pemberontakan bersenjata setelah dia bersumpah akan menghukum para petinggi militer yang dituding telah membunuh 2.000 laskarnya.
Langkah ini makin memperuncing perseteruan yang kian terbuka antara Prigozhin dan para petinggi militer.
Di tengah situasi yang memanas ini, dinas keamanan Rusia (FSB) mengajukan gugatan kejahatan terhadap Prigozhin, lapor kantor berita TASS.
FSB juga meminta para personel tentara bayaran Wagner Group agar tidak mempedulikan perintah Prigozhin dan sebaliknya menangkapnya.
Wakil komandan operasi militer Rusia di Ukraina, Jenderal Sergei Surovikin, meminta petempur-petempur Wagner mematuhi Presiden Rusia Vladimit Putin, menerima komando dari para komandan militer Rusia dan kembali ke pangkalan mereka.
Dia mengatakan konflik politik bakal dimanfaatkan oleh musuh-musuh Rusia.
"Saya perintah kalian agar berhenti," kata Surovikin dengan tangan menyentuh senapan, dalam video yang diposting via Telegram.
Kebuntuan politik yang belum banyak terungkap itu tampaknya menjadi krisis domestik terbesar yang dihadapi Vladimir Putin sejak mengerahkan ribuan tentara ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
Prigozhin yang pernah menjadi sekutu terpercaya Putin, dalam beberapa bulan terakhir tak bisa menyembunyikan perseteruan yang semakin sengit dengan para pemimpin Moskow.
Sebelumnya pada Jumat, dia kehabisan kesabaran dengan buka-bukaan menyebut alasan Rusia menyerang Ukrain didasari oleh kebohongan para petinggi militer.
Wagner Group memimpin pendudukan kota Bakhmut di Ukraina bulan lalu yang menjadi kemenangan terbesar yang dicapai Rusia dalam 10 bulan terakhir.
Prigozhin memanfaatkan keberhasilannya di medan perang untuk mengkritik para pejabat tinggi kementerian pertahanan dengan impunitas yang saat ini perlahan berkurang.
Selama berbulan-bulan, dia terang-terangan menuduh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan panglima angkatan bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov, sebagai tidak kompeten.
Dalam serangkaian pesan audio lewat Telegram resminya larut malam, Prigozhin berkata: "Menteri pertahanan telah memerintahkan 2.000 jenazah agar disembunyikan agar tidak memperlihatkan kekalahan perang."
Dia menambahkan: "Mereka yang menghancurkan saudara-saudara kita, yang menghancurkan kehidupan puluhan ribu tentara Rusia, harus dihukum. Saya meminta agar tidak ada yang memberikan perlawanan."
"Ada 25.000 orang beserta kami dan kami akan mencari tahu mengapa kekacauan terjadi di negara ini."
Prigozhin berkilah tindakannya "bukan kudeta militer".
Dia juga menandaskan "sebagian besar militer sungguh-sungguh mendukung kami."
Sementara itu, menurut kantor berita TASS, aparat keamanan Rusia memperketat pengamanan di gedung-gedung pemerintah, fasilitas-fasilitas transportasi, dan lokasi-lokasi penting lainnya di Moskow.
Di lain pihak, Ukraina mengungkapkan serangan balasannya terhadap invasi Moskow belumlah diluncurkan.
"Saya ingin bilang bahwa pasukan utama kami belum terlibat dalam pertempuran, dan kami kini sedang mencari, menyelidiki titik-titik lemah pertahanan musuh," kata panglima angkatan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi.
Sementara itu, Jenderal Oleksandr Tarnavskyi, panglima "Tavria" Ukraina atau front selatan, mengungkapkan pasukannya mencapai kemajuan di sektor Tavria.
Tarnavskyi mengungkapkan pasukan Rusia sudah kehilangan ratusan nyawa dan 51 kendaraan militer dalam 24 jam terakhir, termasuk tiga tank dan 14 pengangkut personel lapis baja.
Sumber: ReutersBaca juga: Bos tentara bayaran Rusia sebut perang di Ukraina didasari kebohonganBaca juga: 5,000 narapidana Wagner Group diampuni setelah berperang di UkrainaBaca juga: Wagner Group rebut Bakhmut timur setelah serangan rudal Rusia
Penerjemah: Jafar M SidikEditor: Atman Ahdiat Copyright © ANTARA 2023
Warga lokal berjalan di depan kerumunan pasukan Wagner Group, tentara bayaran Rusia, di kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Wagner melancarkan aksi kudeta terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Presiden Putin dan para petinggi militer Rusia mendapat kejutan yang tidak menyenangkan pada Sabtu pagi, 24 Juni 2023. Melalui video yang diunggah di kanal Telegram, pemimpin Wagner Group, Yevgeny Prighozhin, dengan emosional menyatakan akan bertempur melawan angkatan bersenjata Rusia. Ia menyebut tindakannya ini sebagai ”pembalasan” atas serangan terhadap sejumlah besar pasukan Wagner yang dituduhnya dilakukan oleh militer Rusia.
Bukan kali ini saja Prighozhin meluapkan kekecewaan kepada Moskwa. Pada 8 Juni 2023, Prighozhin mengeluhkan dukungan dari pasukan Rusia di garis depan yang makin rawan akibat serangan balik Ukraina. Menurut Prigozhin, militer Rusia harus mengirimkan 200.000 tentara tambahan saat ini untuk menahan laju serangan pasukan Ukraina. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, banyak tentara Rusia melarikan diri seiring bergeraknya gelombang tentara Ukraina yang maju ke posisi mereka.
Eskalasi Wagner Group ini tentu mengagetkan banyak pihak. Sebabnya, Wagner adalah salah satu aktor kunci di balik sejumlah kemenangan Rusia di medan perang Ukraina. Selama bertahun-tahun pasukan Wagner Group dilaporkan juga bertempur di sejumlah negara demi kepentingan Rusia.
Pembelotan Wagner dengan demikian menjadi sorotan mancanegara karena krisis keamanan yang ditimbulkannya. Apalagi, Wagner dikabarkan telah merebut Rostov-on-Don, salah satu kota penting di selatan Rusia. Konvoi kendaraan bersenjata Wagner juga diberitakan terlihat di berbagai titik lain di Rusia. Pasukan Wagner mengancam akan berbaris menuju Moskwa dalam waktu dekat.
Pasukan Wagner Group, tentara bayaran Rusia, menguasai kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Wagner melancarkan aksi kudeta terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Namun, belum genap sehari aksi pemberontakan ini berlangsung, Prigozhin kemudian mengumumkan akan menarik kembali seluruh pasukannya ke kamp mereka di Ukraina. Hal ini dilakukannya untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih besar. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko disebutkan ada di balik keputusan dramatis Prigozhin setelah mengadakan negosiasi dengannya.
Wagner Group adalah sebuah jaringan perusahaan militer swasta asal Rusia. Semula Wagner diduga didirikan oleh seorang veteran pasukan spesial Rusia, Dmitry Utkin (Kompas, 18/2/2018). Namun, setelah menyangkal selama bertahun-tahun, pada September 2022 Prigozhin akhirnya mengakui bahwa ialah yang mendirikan Wagner Group sejak 1 Mei 2014 (Reuters, 26/9/2022).
Sosok Prigozhin sendiri adalah orang dekat Presiden Putin. Melansir dari Al Jazeera, Prigozhin mulanya adalah seorang bekas narapidana yang pernah menjual hotdog di pinggir jalan. Kini, ia adalah pemilik sebuah perusahaan katering besar yang dikontrak untuk menyediakan makanan bagi pemerintah dan pasukan militer Rusia. Perusahaan kateringnya juga kerap dipakai untuk memenuhi kebutuhan jamuan presiden dengan tamu negara. Alhasil, ia kerap dijuluki sebagai ”Putin’s chef”.
Relasi antara Wagner dan Rusia terbilang cukup kompleks. Laporan dari Peneliti Senior Konsil Luar Negeri Jerman, Adras Racz, Wagner Group tidak teregistrasi di Rusia dan di negara lain sehingga menjadikannya tidak eksis secara de yure. Hukum di Rusia hingga saat ini juga melarang adanya perusahaan militer swasta. Meski demikian, pada Desember 2022 Wagner Group didaftarkan sebagai sebuah entitas legal sebagai perusahaan konsultan dan membuka sebuah kantor pusat yang megah di St Petersburg, Rusia.
Seorang tentara Wagner Group, militer bayaran Rusia, bersiaga saat menguasai kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Presiden Vladimir Putin menyebut kudeta militer oleh Wagner merupakan tikaman dari belakang terhadap pemerintahannya.
Meski tidak diakui secara resmi, jejak Wagner tak pernah bisa dilepaskan dari aksi militer Rusia selama satu dekade belakangan. Kiprah Wagner di medan pertempuran dimulai sejak 2014 pada babak awal invasi Rusia ke Ukraina. Laporan Congressional Research Service (CRS) menyebutkan, Wagner berpartisipasi dalam pencaplokan Semenanjung Crimea. Wagner juga kemudian melancarkan operasi-operasi yang mendukung pasukan separatis pro-Rusia di timur Ukraina.
Selanjutnya, Wagner mulai aktif di negara-negara lain, terutama di benua Afrika dan Timur Tengah. Laporan Al Jazeera menyebutkan, pasukan Wagner ada di Suriah, Libya, Mali, Republik Afrika Tengah, Sudan, Mozambik, dan Madagaskar. Sebagian besar negara-negara ini memiliki kaitan erat dengan kebijakan diplomatik Rusia.
Wagner setidaknya terlibat dalam dua perang sipil. Pertama, pada perang sipil di Suriah dan selanjutnya pada perang sipil Libya. Pada 2015, Wagner diterjunkan untuk membantu rezim Bashar al-Assad. Diketahui sebelumnya bahwa Assad adalah sekutu dekat Putin. Kremlin pun akhirnya menerjunkan pasukannya secara langsung ke Suriah tak lama setelah Wagner masuk. Di Libya, keterlibatan Wagner sejak 2019 dalam perang sipil melawan pemerintahan Fayez Sarraj dipandang sebagai bagian perluasan pengaruh Rusia di Afrika Utara dan Timur Tengah (Kompas, 2/6/2020).
Pasukan paramiliter Wagner mengibarkan bendera Rusia setelah berhasil menaklukkan Kota Bakhmut, Ukraina, Selasa (20/5/2023).
Selain terlibat aktif dalam pertempuran, Wagner Group juga kerap memberikan jasa keamanan dan pelatihan. Lembaga Council on Foreign Relations melaporkan bahwa Wagner direkrut untuk memberikan pelatihan kepada pasukan Sudan dan memberikan perlindungan bagi Presiden Sudan Omar al-Bashir sejak 2017.
Hal serupa juga dilakukan Wagner di Republik Afrika Tengah dan Mali. Melalui kontrak-kontrak inilah Wagner diduga mendapatkan konsesi atas sumber daya alam yang digunakannya sebagai aliran dana utama mereka.
Memasuki 2022, Wagner semakin menunjukkan kemampuannya di medan pertempuran skala besar. Pasukan Wagner telah aktif terlibat dalam invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Nama Wagner semakin berkibar melalui pertempuran di Bakhmut, Ukraina.
Pada akhir Mei 2023, Wagner mengklaim telah merebut Bakhmut dari tangan pasukan Ukraina setelah bertempur selama berbulan-bulan. Namun, kemenangan tersebut menelan banyak kerugian bagi Wagner. Diperkirakan 20.000-30.000 pasukan Wagner tewas selama pertempuran tersebut berlangsung (AP, 25/5/2023).
Peta lokasi kota Rostov, Rusia, tempat pasukan tentara bayaran Wagner melancarkan pemberontakan terhadap Moskwa, Sabtu (24/6/20203).
Meski demikian, Wagner tidak hanya dikenal karena mampu memenangi pertempuran. Mereka juga disorot atas berbagai kekejaman dan kejahatan perang di berbagai tempat mereka beroperasi. Pada 2021, Wagner digugat terkait kasus pemenggalan kepala seorang warga Suriah tahun 2017 (Kompas, 16/3/2021). Kemudian, pada Oktober 2021, PBB melaporkan bahwa Wagner melakukan pemerkosaan dan kekerasan seksual di Republik Afrika Tengah. Wagner juga diduga berada di balik pembantaian di Bucha, Ukraina, pada Maret 2022.
Dunia internasional sejatinya telah membuat aturan yang melarang pasukan bayaran melalui Konvensi Geneva 1949 dan Konvensi Internasional 1989. Namun, Wagner membuktikan mereka bisa hidup dan berkembang di ranah abu-abu. Berawal dari 5.000 prajurit paramiliter berskala kecil pada 2014, Wagner telah menjelma menjadi pasukan dengan anggota sekitar 50.000 orang dengan alat tempur lengkap pada 2023.
Baca juga: Serangan Lintas Batas Ukraina Mulai Berpengaruh Mendikte Rusia
Ketidakmampuan PBB dalam menjaga perdamaian dunia ditengarai turut mendorong terciptanya kebutuhan atas jasa penyedia keamanan swasta seperti Wagner (Kompas, 26/5/2023). Tanpa adanya keharusan untuk mengakui mereka, sejumlah negara pun memanfaatkan mereka untuk menyelesaikan berbagai kepentingan secara diam-diam. Namun, eksistensi mereka di ranah abu-abu menjadikan mereka sulit dimintai pertanggungjawaban atas tindakan kejahatan yang mereka lakukan.
Terlepas dari semua itu, pembelotan yang dilakukan Wagner turut menunjukkan tidak pernah ada jaminan bahwa sekelompok prajurit bayaran akan selalu menuruti tuannya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Spirit Moral Warga Rusia Melemah Menyikapi Hasil Perang
Perang Ukraina: Kepala tentara bayaran Wagner tinggalkan Rusia setelah hentikan konvoi ke Moskow
Sumber gambar, Reuters
Diperbarui 25 Juni 2023
Pasukan tentara bayaran Wagner dilaporkan mulai meninggalkan Kota Rostov-on-Don dan tak lagi bergerak menuju Moskow, kurang dari 24 jam setelah upaya pemberontakan.
Pimpinan kelompok tersebut, Yevgeny Prigozhin, mengatakan telah menginstruksikan kepada seluruh anak buahnya untuk kembali ke Ukraina guna menghindari pertumpahan darah.
Prigozhin sendiri bakal pindah ke negara tetangga Belarus. Adapun dakwaan terhadapnya dan pasukannya akan dibatalkan, lapor media pemerintah Rusia.
Semula kelompok tentara bayaran Wagner dilaporkan mengambil alih komando militer regional dan merebut fasilitas militer Rusia di Voronezh, kota lain di utara, menuju Moskow.
Pergerakan kelompok tersebut mendorong Kremlin untuk memberlakukan keamanan ketat di banyak wilayah, termasuk Moskow. Bahkan walikota ibu kota telah mengimbau penduduk untuk menghindari bepergian.
Ada juga peringatan bahwa ribuan pasukan elite Chechnya sedang menuju ke Moskow untuk melawan tentara Wagner, jika diperlukan.
Akan tetapi, kondisi darurat ini tiba-tiba mereda pada Sabtu (24/06) malam, setelah pemimpin Belarus, Alexander Lukashenko, mengadakan pembicaraan dengan Prigozhin, menurut stasiun televisi Rossiya 24.
Beberapa jam kemudian, muncul video yang menunjukkan pasukan Wagner meninggalkan Rostov dan pemimpin mereka diantar dengan diiringi sorak-sorai serta jabat tangan pendukung.
Sumber gambar, Reuters
• Kepala kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, melontarkan kata-kata makian yang menyalahkan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, atas perang di Ukraina. Prigozhin mengklaim Shoigu melakukannya untuk mendapatkan penghargaan militer.
• Prigozhin kemudian bersumpah untuk "berkonvoi demi keadilan" dan menuduh Kremlin menyerang pasukannya dengan serangan misil pada Jumat (23/06).
• Keamanan ditingkatkan di Moskow Jumat malam setelah Prigozhin menyerukan pemberontakan bersenjata.
• Prigozhin menyatakan 25.000 pasukannya telah melintasi perbatasan dari Ukraina pada dini hari.
• Wali Kota Moskow mengumumkan langkah-langkah anti-teroris diambil untuk memperkuat keamanan dan di Rostov-on-Don, dekat perbatasan Ukraina, penduduk disuruh tetap di rumah.
• Sesaat sebelum pukul 06:00 BST muncul video online yang memperlihatkan Prigozhin di dalam markas militer Rusia selatan.
• Presiden Rusia Vladimir Putin mencela "petualangan kriminal" dan memperingatkan hukuman dalam pidato TV sekitar pukul 08:00.
• Sepanjang hari, pasukan Wagner bergerak di jalan tol M4 menuju Moskow, termasuk merebut fasilitas militer di Voronezh.
• Tepat sebelum pukul 18:30, Prigozhin mengatakan di saluran Telegramnya bahwa dia telah setuju untuk "menghentikan" pergerakan pasukannya.
• Belarus mengungkapkan pemimpinnya, Alexander Lukashenko, telah mengadakan pembicaraan dengan Prigozhin, dan Putin telah menyetujui pembicaraan tersebut
• Sekitar pukul 21:00 media pemerintah Rusia melaporkan bahwa Prigozhin akan berangkat ke Belarus. Adapun tuntutan pidana terhadapnya dan pasukannya akan dicabut.
Sumber gambar, Reuters